Rabu, 08 Juni 2011

cerpen cinta


Cinta Basi
Awalnya aku mengira perasaan ini adalah perasaan yang biasa2 saja. Tapi setelah berapa lama aku mengenalnya, aku berpikir mungkin aku benar2 menyukainya. Ya, walaupun usianya jauh lebih tua dariku. Tapi menurutku hal itu tak menjadi masalah. Hampir tiap hari aku mengunjunginya ke tempat ia bekerja. Kebetulan ia adalah pemilik toko itu. Jadi nggak masalah kalau aku sering-sering ke tempatnya. Toh, nggak ada yang marah.
Malam minggu ia mengajakku keluar. Hatiku dag dig dug tidak karuan. Apa mungkin ia akan menembakku, dan memintaku menjadi kekasihnya? Hal itu terus kupikirkan. Aku mencoba merangkai kata-kata apa yang akan kusampaikan bila nanti ia menyatakan cintanya padaku.
Malam telah tiba. Dia datang menjemputku dengan memakai baju kaos putih dan celana jeans berwarana dongker dan mengenakan sepatu sport yang ia beli bersamaku beberapa waktu lalu. Saat itu ia kelihatan lebih muda dari umurnya yang sudah 27 tahun. Ia terlihat seperti umur 20 tahunan saja. Ya, sebaya dengan kakak laki-laki ku yang kini berusia 22 tahun.
Aku kaget saat kami hendak pergi, ternyata ia datang menjemputku dengan mobil toyota avanza berwarna silver. Aku sangat senang. Jarang-jarang ada cowok yang datang menjemputku dengan mobil, heheehe...Padahal sebelumnya aku tidak pernah melihatnya memakai kendaraan. Ketika kami jalan, kami selalu naik taksi untuk pergi ke mana-mana. Nggak tau apa yang ada dalam pikirannya.
Dia mengajakku ke sebuah restoran mewah di kota kami. Aku begitu senang dibuatnya. Ternyata apa yang aku pikirkan benar. Dia meminta aku menjadi kekasihnya. Dengan latihan yang telah aku lakukan aku menerimanya.
Waktu terus berjalan, hubungan kami sangat harmonis. Ia sangat mengerti diriku. Tidak seperti pacar-pacarku sebelumnya yang sangat egois yang hanya mementingkan diri sendiri. Aku sangat bahagia dibuatnya. Rasanya cintaku terlalu dalam untuknya. I love you forever......
Seperti biasa aku mengunjunginya ke tokonya sambil menolongnya melayani pelanggan. Tiba-tiba seorang gadis yang berseragam putih biru datang mendekatinya. Yang membuat aku terkejut gadis itu memanggilnya dengan sebutan papa. Aku tersentak dibuatnya. Darahku mengalir cepat dan jantungku berdegup lebih kencang. Aku tidak mengerti apa yang terjadi.
Dia mengajak gadis itu keluar, seakan-akan tidak ingin aku tahu apa yang ingin mereka bicarakan. Mulut dan kakiku tidak dapat bergerak. Semua terasa kaku. Aku seperti orang yang dikutuk menjadi batu tak dapat melakukan apapun.
Setelah gadis itu pergi, dia datang mendekatiku. Seperti orang yang membuat kesalahan besar, ia mencoba bicara padaku dengan terbata-bata. Aku terus menyudutkannya agar bisa bicara lebih jelas. Sepertinya ia sulit untuk berkata-kata karena aku terus mendesaknya dengan rasa marah yang telah menggebu-gebu.
Akhirnya iapun menceritakan perihal gadis itu. Ternyata gadis itu putrinya. Tapi bukan putri kandungnya. Ia telah menikah dengan seorang janda pilihan ibunya. Ia menikah diusia yang masih sangat muda yaitu 20 tahun. Ibunya menikahinya karena ia sering gonta ganti pacar.
Ibunya merasa pilihannya itu adalah pilihan yang terbaik. Walaupun seorang janda, ia adalah orang yang baik. Ia juga memiliki pekerjaaan yang tetap yaitu seorang guru bahasa inggris di sekolah menengah atas.
Tapi pernikahannya hanya berlangsung selama 5 tahun dan akhirnya bercerai.
Mendengar hal itu, aku lalu menamparnya dan langsung pergi dari tempat itu, tanpa melihat ekspresi yang muncul dari dirinya.
Sejak kejadian itu aku tidak pernah datang lagi. Bahkan untuk mengangkat telponnya sekalipun. Aku benar-benar ingin melupakan kejadian diantara kita. Aku malu pada diriku sendiri. Kenapa aku bisa jatuh cinta pada seorang duda. Sungguh cinta yang basi. Yang tak patut aku harapkan.

Selasa, 07 Juni 2011

puisi


hidupku

Detik waktu terus tenggelam

Berhias siang dan malam
Kehidupan terus dijalani
Sampai ajal yang mengakhiri

Usiaku terus bertambah
Tubuhku pun mulai berubah
Aku bukan anak kecil lagi
Yang senantiasa bermain dan berlari

Sekarang aku sudah remaja
Tapi aku masih merasa sama
Seperti waktu kecilku
Yang sangat pemalu

Ingin aku tuk merubahnya
Ingin aku memperbaikinya
Tapi semua masih sulit bagiku
Aku mohon tolong bantu aku







cerpen cinta


Cinta Basi
Awalnya aku mengira perasaan ini adalah perasaan yang biasa2 saja. Tapi setelah berapa lama aku mengenalnya, aku berpikir mungkin aku benar2 menyukainya. Ya, walaupun usianya jauh lebih tua dariku. Tapi menurutku hal itu tak menjadi masalah. Hampir tiap hari aku mengunjunginya ke tempat ia bekerja. Kebetulan ia adalah pemilik toko itu. Jadi nggak masalah kalau aku sering-sering ke tempatnya. Toh, nggak ada yang marah.
Malam minggu ia mengajakku keluar. Hatiku dag dig dug tidak karuan. Apa mungkin ia akan menembakku, dan memintaku menjadi kekasihnya? Hal itu terus kupikirkan. Aku mencoba merangkai kata-kata apa yang akan kusampaikan bila nanti ia menyatakan cintanya padaku.
Malam telah tiba. Dia datang menjemputku dengan memakai baju kaos putih dan celana jeans berwarana dongker dan mengenakan sepatu sport yang ia beli bersamaku beberapa waktu lalu. Saat itu ia kelihatan lebih muda dari umurnya yang sudah 27 tahun. Ia terlihat seperti umur 20 tahunan saja. Ya, sebaya dengan kakak laki-laki ku yang kini berusia 22 tahun.
Aku kaget saat kami hendak pergi, ternyata ia datang menjemputku dengan mobil toyota avanza berwarna silver. Aku sangat senang. Jarang-jarang ada cowok yang datang menjemputku dengan mobil, heheehe...Padahal sebelumnya aku tidak pernah melihatnya memakai kendaraan. Ketika kami jalan, kami selalu naik taksi untuk pergi ke mana-mana. Nggak tau apa yang ada dalam pikirannya.
Dia mengajakku ke sebuah restoran mewah di kota kami. Aku begitu senang dibuatnya. Ternyata apa yang aku pikirkan benar. Dia meminta aku menjadi kekasihnya. Dengan latihan yang telah aku lakukan aku menerimanya.
Waktu terus berjalan, hubungan kami sangat harmonis. Ia sangat mengerti diriku. Tidak seperti pacar-pacarku sebelumnya yang sangat egois yang hanya mementingkan diri sendiri. Aku sangat bahagia dibuatnya. Rasanya cintaku terlalu dalam untuknya. I love you forever......
Seperti biasa aku mengunjunginya ke tokonya sambil menolongnya melayani pelanggan. Tiba-tiba seorang gadis yang berseragam putih biru datang mendekatinya. Yang membuat aku terkejut gadis itu memanggilnya dengan sebutan papa. Aku tersentak dibuatnya. Darahku mengalir cepat dan jantungku berdegup lebih kencang. Aku tidak mengerti apa yang terjadi.
Dia mengajak gadis itu keluar, seakan-akan tidak ingin aku tahu apa yang ingin mereka bicarakan. Mulut dan kakiku tidak dapat bergerak. Semua terasa kaku. Aku seperti orang yang dikutuk menjadi batu tak dapat melakukan apapun.
Setelah gadis itu pergi, dia datang mendekatiku. Seperti orang yang membuat kesalahan besar, ia mencoba bicara padaku dengan terbata-bata. Aku terus menyudutkannya agar bisa bicara lebih jelas. Sepertinya ia sulit untuk berkata-kata karena aku terus mendesaknya dengan rasa marah yang telah menggebu-gebu.
Akhirnya iapun menceritakan perihal gadis itu. Ternyata gadis itu putrinya. Tapi bukan putri kandungnya. Ia telah menikah dengan seorang janda pilihan ibunya. Ia menikah diusia yang masih sangat muda yaitu 20 tahun. Ibunya menikahinya karena ia sering gonta ganti pacar.
Ibunya merasa pilihannya itu adalah pilihan yang terbaik. Walaupun seorang janda, ia adalah orang yang baik. Ia juga memiliki pekerjaaan yang tetap yaitu seorang guru bahasa inggris di sekolah menengah atas.
Tapi pernikahannya hanya berlangsung selama 5 tahun dan akhirnya bercerai.
Mendengar hal itu, aku lalu menamparnya dan langsung pergi dari tempat itu, tanpa melihat ekspresi yang muncul dari dirinya.
Sejak kejadian itu aku tidak pernah datang lagi. Bahkan untuk mengangkat telponnya sekalipun. Aku benar-benar ingin melupakan kejadian diantara kita. Aku malu pada diriku sendiri. Kenapa aku bisa jatuh cinta pada seorang duda. Sungguh cinta yang basi. Yang tak patut aku harapkan.

cerpen cinta


Apa Salahku

Gelap masih setia pada sang malam, angin tak juga bosan menancapkan bisa gigil ke tulang-tulangku, namun tetap saja aku masih  di sini, setia mengumpulkan serpihan-serpihan kisah yang pernah kita kastilkan tapi telah memuing setelah topan memporandakan tembok-tembok harapan. Aku merangkum setiap potongan kenangan-kenangan itu agar utuh menjadi sosok bayangmu.

Sayang, apa kau tahu? Di sini, di tempat kita pernah  menanam janji, aku kembali dan kudapati semua benih itu hanya tumbuh menjadi nisan atas  mimpi-mimpi kita dan juga nisanku malam ini. Apa kau masih ingat? Tiga tahun kita menautkan hati sedang raga masih serupa misteri. Lewat dunia maya kita menggalang asa hingga jiwa benar-benar bercumbu nyata. Dan apa kau masih ingat pula malam itu ketika kita memutuskan untuk menghapus setiap sekat maya, agar raga-raga kita menyatu dalam ruang yang tak lagi samar.

Malam itu kita memilih untuk mempertemukan lahiriah yang sekian lama terkotak dalam jarak. Aku menunggumu di sini, meski hujan tak bisa kuajak kompromi untuk sedikit mereda hingga kau datang.

Mataku menangkap sosok yang kukenali sebagai dirimu. Ya, foto profilmu di FB masih cukup jelas aku ingat. Aku melihatmu menuju ke arahku. Tuhan, ada apa dengan jantungku? Kenapa tiba-tiba saja detaknya seperti tak bisa aku kendalikan? Aku bukan pertama kali jatuh cinta tapi untuk kali ini, benar-benar sebuah rasa yag tak biasa.

"Hei, aku Nico! Kamu Raya, kan? " tanyamu seraya mengulurkan telapak tangan untuk aku jabat. Aku tak bisa berkata-kata, sosokmu jauh dari yang aku bayangkan. Binar matamu lebih teduh, senyummu manis, tulang rahangmu membentuk wajah lelakimu sempurna dalam pandangku, fisikmu tak terlalu atletis tapi cukup kokoh, setidaknya untuk aku sandarkan tubuh mungilku ini. Aku mulai berspekulasi tentang penilaianmu padaku. Akh, apa kau kecewa saat ini? Apa yang kau pikirkan? Apa aku bukan yang kau harap? Akh, kutepikan semua itu karena aku ingat kau pernah bilang, kau menyukai watakku, pemikiranku yang nasionalis, moderat, dan sikapku yang tak mudah menyerah, begitupula aku menyukai itu dari dirimu, tapi tak bisa kupungkiri kalau ternyata fisikmu juga menawarkan pesona yang tak mampu disangkal.

"Apa aku lebih ganteng tak seperti  dugaanmu hingga dari tadi kau bergeming dan tak memberi tanganmu atau sekedar menjawab tanyaku?" Aduh, aku jadi salah tingkah terlebih saat dia membuka suara untuk kedua kalinya.

"Lumayanlah, minimal tidak terlalu buruk untuk ukuran standarku!" jawabku sedikit angkuh untuk menyembunyikan rasa gugupku yang hampir tak bisa aku netralisir. Genggaman tanganmu membuatku lemas.  Aku nyaris pingsan...tapi bagaimanapun, aku Raya, gadis anggun yang tetap harus bisa menjaga sikap dihadapan lelaki termasuk dirimu.

Sejak malam itu, kita selalu bertemu saat aku pulang kuliah. Kamu berjanji akan melamarku setelah aku menyelesaikan gelar Sarjana Sastraku. Setelah menikah, kau ingin  memiliki  dua anak laki-laki, dua anak perempuan dan aku mengaminkannya. Memiliki keluarga yang dibangun dengan fondasi yang penuh cinta adalah impianmu  juga aku tentunya. Mendidik anak-anak kita menjadi nasionalis sejati, anak-anak yang cinta tanah air seperti ibu dan bapaknya, menerima perbedaan sebagai keragaman dan semua harapan-harapan itu begitu indah kita tanamkan di sini, di Pantai Purus. Sayangnya, setelah saat itu tiba, setelah kita sama-sama menyelesaikan pendidikan, aku selalu menunda-nunda saat dia melamarku. Perbedaan pandangan diantara kita menjadi aral yang sulit kita tembusi.

Orang tuaku adalah  orang yang berprinsip bahwa anak-anaknya boleh menikah setelah mendapatkan pekerjaan yang tetap. Tapi sampai saat itu aku masih belum juga mendapatkan pekerjaan. Sebenarnya aku juga sangat ingin menikah, tapi aku tak mau membuat orang tuaku kecewa. Aku harus mmbahagiakan mereka terlebih dahulu. Sebagaimana janjiku pada saat aku kuliah, gaji pertamaku akan kuserahkan seutuhnya kepada orang tuaku. Itulah tekadku.

Rasa cintaku yang teramat besar padamu akhirnya membuatku berani mengambil keputusan yang menggegerkan seluruh keluarga besarku yang sebelumnya tidak pernah tahu kalau aku sudah tiga tahun berpacaran denganmu. Orang tua tidak menyetujuinya. Menurut mereka hal ini terlalu buru-buru. Aku belum mendapatkan pekerjaan, belum lagi kau dan keluargamu belum pernah ku kenalkan kepada orang tuaku. Aku bersikeras ingin menikah denganmu. Sampai-sampai aku kabur dari rumah. Tapi belum genap lima hari aku kabur dari rumahku,  badai  tiba-tiba datang dan dalam semalam menghancurkan segalanya. Tasya, sepupunya mengabarkan kalau dia kawin lari karena ditentang ayahnya dengan seorang gadis bernama Aisyah yang baru dia kenal selama satu minggu.

Sayang, apa yang sudah kau lakukan padaku? Demi dirimu, aku rela kabur dari rumah untuk mengejar cintaku. Tapi sekarang apa yang kau lakukan. Apa kau sudah bosan menungguku? Apa hanya sebesar itu rasa cintamu padaku. Apa salahku? Sampai kau lakukan ini padaku?

Hari ini, di sini di pantai purus, aku datang lagi memberanikan diri menjenguk kenangan-kenangan kita meski setiap rekaman peristiwa-peristiwa itu seperti belati yang menikam sadis tepat ke dadaku berulang-ulang, tapi untuk apa aku pedulikan itu? Toh sebentar lagi aku hanyalah jasad tak bernyawa.

 Hujan kembali mengguyur di negeri yang aku cintai ini dan lengkap sudah serpihan-serpihan kisah yang kini menjelma menjadi sosokmu yang hangat dalam peluk anganku. Kini hanya bayangmu yang sanggup aku rengkuh sebab nyatamu telah hilang. Kau berubah lagi menjadi maya yang teramat maya...

Apa salah ku kau buat begini
Kau tarik ulur hati ku hingga sakit yang ku rasa
Apa benar ini yang kamu ingin kan
Tak sedikit pun niat tuk serius kepadaku

Katakan yang sebenarnya
Jangan mau tak mau seperti ini

Akhirnya kini aku mengerti
Apa yang ada difikiran mu selama ini
Kau hanya ingin
Permainkan perasaan ku
Tak ada hati tak ada cinta



Lagu, apa salahku, aku lantunkan. Sayangnya aku tak lagi sanggup melanjutkannya hingga pada kalimat berikutnya.

Aku putuskan mengakhiri hidupku di sini. Dan riak ombak Purus akan selalu menjadi kabar untukmu, kabar tentang kepergianku bersama luka yang kau titipkan.

Selamat tinggal cintaku...
Selamat tinggal semuanya.....


( Terinspirasi dari lagu d masiv, apa salahku)


puisi cinta


Serpihan Cinta
Saat ini aku mengenang dirimu
Dalam ingatanku
Aku tidak pernah menyangka
Kita akan berakhir seperti ini
Cintaku yang kuberikan untukmu
Meskipun kau tak melihat itu
Aku selalu ada untukmu

Di sini
Ditempat kita sering bertemu
Aku merangkum setiap potongan kenangan
Agar utuh menjadi sosok bayangmu
Mengumpulkan serpihan kisah
Yang pernah kita kastilkan

Tapi semua telah berubah
Telah memuing setelah topan
Memporak-porandakan tembok asa
Hanya bayangmu yang kini tinggal
Di palung hati