Selasa, 07 Juni 2011

cerpen cinta


Apa Salahku

Gelap masih setia pada sang malam, angin tak juga bosan menancapkan bisa gigil ke tulang-tulangku, namun tetap saja aku masih  di sini, setia mengumpulkan serpihan-serpihan kisah yang pernah kita kastilkan tapi telah memuing setelah topan memporandakan tembok-tembok harapan. Aku merangkum setiap potongan kenangan-kenangan itu agar utuh menjadi sosok bayangmu.

Sayang, apa kau tahu? Di sini, di tempat kita pernah  menanam janji, aku kembali dan kudapati semua benih itu hanya tumbuh menjadi nisan atas  mimpi-mimpi kita dan juga nisanku malam ini. Apa kau masih ingat? Tiga tahun kita menautkan hati sedang raga masih serupa misteri. Lewat dunia maya kita menggalang asa hingga jiwa benar-benar bercumbu nyata. Dan apa kau masih ingat pula malam itu ketika kita memutuskan untuk menghapus setiap sekat maya, agar raga-raga kita menyatu dalam ruang yang tak lagi samar.

Malam itu kita memilih untuk mempertemukan lahiriah yang sekian lama terkotak dalam jarak. Aku menunggumu di sini, meski hujan tak bisa kuajak kompromi untuk sedikit mereda hingga kau datang.

Mataku menangkap sosok yang kukenali sebagai dirimu. Ya, foto profilmu di FB masih cukup jelas aku ingat. Aku melihatmu menuju ke arahku. Tuhan, ada apa dengan jantungku? Kenapa tiba-tiba saja detaknya seperti tak bisa aku kendalikan? Aku bukan pertama kali jatuh cinta tapi untuk kali ini, benar-benar sebuah rasa yag tak biasa.

"Hei, aku Nico! Kamu Raya, kan? " tanyamu seraya mengulurkan telapak tangan untuk aku jabat. Aku tak bisa berkata-kata, sosokmu jauh dari yang aku bayangkan. Binar matamu lebih teduh, senyummu manis, tulang rahangmu membentuk wajah lelakimu sempurna dalam pandangku, fisikmu tak terlalu atletis tapi cukup kokoh, setidaknya untuk aku sandarkan tubuh mungilku ini. Aku mulai berspekulasi tentang penilaianmu padaku. Akh, apa kau kecewa saat ini? Apa yang kau pikirkan? Apa aku bukan yang kau harap? Akh, kutepikan semua itu karena aku ingat kau pernah bilang, kau menyukai watakku, pemikiranku yang nasionalis, moderat, dan sikapku yang tak mudah menyerah, begitupula aku menyukai itu dari dirimu, tapi tak bisa kupungkiri kalau ternyata fisikmu juga menawarkan pesona yang tak mampu disangkal.

"Apa aku lebih ganteng tak seperti  dugaanmu hingga dari tadi kau bergeming dan tak memberi tanganmu atau sekedar menjawab tanyaku?" Aduh, aku jadi salah tingkah terlebih saat dia membuka suara untuk kedua kalinya.

"Lumayanlah, minimal tidak terlalu buruk untuk ukuran standarku!" jawabku sedikit angkuh untuk menyembunyikan rasa gugupku yang hampir tak bisa aku netralisir. Genggaman tanganmu membuatku lemas.  Aku nyaris pingsan...tapi bagaimanapun, aku Raya, gadis anggun yang tetap harus bisa menjaga sikap dihadapan lelaki termasuk dirimu.

Sejak malam itu, kita selalu bertemu saat aku pulang kuliah. Kamu berjanji akan melamarku setelah aku menyelesaikan gelar Sarjana Sastraku. Setelah menikah, kau ingin  memiliki  dua anak laki-laki, dua anak perempuan dan aku mengaminkannya. Memiliki keluarga yang dibangun dengan fondasi yang penuh cinta adalah impianmu  juga aku tentunya. Mendidik anak-anak kita menjadi nasionalis sejati, anak-anak yang cinta tanah air seperti ibu dan bapaknya, menerima perbedaan sebagai keragaman dan semua harapan-harapan itu begitu indah kita tanamkan di sini, di Pantai Purus. Sayangnya, setelah saat itu tiba, setelah kita sama-sama menyelesaikan pendidikan, aku selalu menunda-nunda saat dia melamarku. Perbedaan pandangan diantara kita menjadi aral yang sulit kita tembusi.

Orang tuaku adalah  orang yang berprinsip bahwa anak-anaknya boleh menikah setelah mendapatkan pekerjaan yang tetap. Tapi sampai saat itu aku masih belum juga mendapatkan pekerjaan. Sebenarnya aku juga sangat ingin menikah, tapi aku tak mau membuat orang tuaku kecewa. Aku harus mmbahagiakan mereka terlebih dahulu. Sebagaimana janjiku pada saat aku kuliah, gaji pertamaku akan kuserahkan seutuhnya kepada orang tuaku. Itulah tekadku.

Rasa cintaku yang teramat besar padamu akhirnya membuatku berani mengambil keputusan yang menggegerkan seluruh keluarga besarku yang sebelumnya tidak pernah tahu kalau aku sudah tiga tahun berpacaran denganmu. Orang tua tidak menyetujuinya. Menurut mereka hal ini terlalu buru-buru. Aku belum mendapatkan pekerjaan, belum lagi kau dan keluargamu belum pernah ku kenalkan kepada orang tuaku. Aku bersikeras ingin menikah denganmu. Sampai-sampai aku kabur dari rumah. Tapi belum genap lima hari aku kabur dari rumahku,  badai  tiba-tiba datang dan dalam semalam menghancurkan segalanya. Tasya, sepupunya mengabarkan kalau dia kawin lari karena ditentang ayahnya dengan seorang gadis bernama Aisyah yang baru dia kenal selama satu minggu.

Sayang, apa yang sudah kau lakukan padaku? Demi dirimu, aku rela kabur dari rumah untuk mengejar cintaku. Tapi sekarang apa yang kau lakukan. Apa kau sudah bosan menungguku? Apa hanya sebesar itu rasa cintamu padaku. Apa salahku? Sampai kau lakukan ini padaku?

Hari ini, di sini di pantai purus, aku datang lagi memberanikan diri menjenguk kenangan-kenangan kita meski setiap rekaman peristiwa-peristiwa itu seperti belati yang menikam sadis tepat ke dadaku berulang-ulang, tapi untuk apa aku pedulikan itu? Toh sebentar lagi aku hanyalah jasad tak bernyawa.

 Hujan kembali mengguyur di negeri yang aku cintai ini dan lengkap sudah serpihan-serpihan kisah yang kini menjelma menjadi sosokmu yang hangat dalam peluk anganku. Kini hanya bayangmu yang sanggup aku rengkuh sebab nyatamu telah hilang. Kau berubah lagi menjadi maya yang teramat maya...

Apa salah ku kau buat begini
Kau tarik ulur hati ku hingga sakit yang ku rasa
Apa benar ini yang kamu ingin kan
Tak sedikit pun niat tuk serius kepadaku

Katakan yang sebenarnya
Jangan mau tak mau seperti ini

Akhirnya kini aku mengerti
Apa yang ada difikiran mu selama ini
Kau hanya ingin
Permainkan perasaan ku
Tak ada hati tak ada cinta



Lagu, apa salahku, aku lantunkan. Sayangnya aku tak lagi sanggup melanjutkannya hingga pada kalimat berikutnya.

Aku putuskan mengakhiri hidupku di sini. Dan riak ombak Purus akan selalu menjadi kabar untukmu, kabar tentang kepergianku bersama luka yang kau titipkan.

Selamat tinggal cintaku...
Selamat tinggal semuanya.....


( Terinspirasi dari lagu d masiv, apa salahku)


1 komentar:

  1. bgus cerpen'a.
    kpan2 main k blog q jga ya?
    kucingkring.blogspot.com

    BalasHapus