Selasa, 16 Oktober 2012

Analisis Bahasa Gaul Antartokoh dalam cerpen remaja pada Tabloid Gaul


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia yang digunakan dikalangan remaja Indonesia saat ini sangat berbeda dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Salah satu syarat bahasa yang baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang berlaku atau yang dianggap baku. Ranah bahasa Indonesia pada saat ini merupakan bahasa sehari-hari penduduk Jakarta. Oleh karena itu, banyak kalangan yang menyebutnya ragam santai dialek Jakarta ( Badudu dalam Indari, 2008:38). Kalangan remaja di pedesaan pun tampak semakin banyak yang menggunakan kosa kata yang diambil dari ranah bahasa ini akibat gencarnya siaran televisi yang sebagian besar tema dan latarnya berkiblat ke kota besar seperti Jakarta.
Ragam bahasa remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah, dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cendrung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek. Dalam contoh percakapan berikut antara tokoh Laras dan mamanya dalam cerpen ‘Sudah Sakit di Timpa Roda!’ (Gaul, edisi 24 tahun X, 13-19 Juli 2011), kita melihat bagaimana bahasa remaja ini dibuat begitu singkat.
“Nggak apa-apa, Ma, pengen aja ngerasain...” Laras menjawab asal bicara.
“Heh! Nggak boleh ngomong gitu! Ya udah, kalau mau rehat di rumah sakit, kita cari yang representatif...”
Dari contoh di atas jelas sekali bahwa susunan kalimat yang digunakan sangat berbeda dengan kaidah bahasa Indonesia baku yang baik dan benar. Kosa kata bahasa remaja banyak diwarnai oleh bahasa gaul.
Yang dimaksud dengan cerpen remaja dalam tulisan ini adalah cerita pendek yang diperuntukkan bagi kaum remaja. Hal ini bisa dilihat dalam tokoh yang ada dalam cerpen. Mereka biasanya anak sekolah menengah atau mahasiswa. Panjang cerpen rata-rata 1,5 – 2 halaman atau 1500 kata yang mungkin juga dipengaruhi oleh kebijakan Redaktur dalam menyediakan ruang. Di Indonesia saat ini terdapat lima buah majalah remaja yang cukup populer di kalangan remaja. Tetapi untuk penulisan ini, peneliti hanya menampilkan satu majalah saja yaitu dari Tabloid Gaul yang rata-rata cerpennya ditulis oleh Gol A Gong dan Tias Tatanka.
Dalam setiap cerpen, penulis cerita menggunakan bahasa Indonesia baku dalam memberikan penjelasan kepada pembaca. Mereka sama sekali tidak menggunakan bahasa remaja. Namun, ketika tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita itu berbicara, penulis selalu menggunakan bahasa remaja seperti contoh berikut.
“Aku ngungsi ke Sita dan Nonik dulu, ya...” Edina meninggalkan Laras dan Darmanto, meninggalkan teman-teman lain.
“Kamu nggak ngumpul sama cewek-cewek lain?” tanya Darmanto sambil mengambil sesuatu dari backpacknya.
“Menikmati sunset itu enaknya diam saja, nggak keganggu ketawa-ketiwi...” Laras menghela nafas, menikmati angin laut.
(‘Tebing Siung’, oleh Gol A Gong dalam Tabloid Gaul Edisi 32 Tahun X 8-14 Agustus 2011)
Dari contoh kalimat di atas jelas sekali bahwa susunan kalimat yang digunakan sangat berbeda dengan kaidah bahasa Indonesia baku, sehingga dapat disimpulkan bahwa bahasa gaul sebagai tutur remaja dilihat dari segi distribusinya atau penyebarannya dapat dikatakan telah berhasil menjadi bahasa identitas remaja. Sebaliknya, bahasa remaja menjadi dampak negatif apabila dilihat dari segi ketidakmampuan remaja menempatkan bahasa dalam konteks sosialnya (Nyoman Riasa: 2002).
Morfologi merupakan suatu disiplin ilmu, sebagai cabang tata bahasa yang mengupas permasalahan-permasalahan dan pembentukannya. Menurut Ramlan (1985:46) dalam bahasa Indonesia terdapat proses morfologik yaitu proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, dan proses pemajemukan. Kajian Morfologi digunakan dalam penelitian ini, karena pembentukan-pembentukan kata sangat banyak ditemukan, sedangkan pada penelitian ini, membatasi pembentukan kata yang berupa afiksasi dan reduplikasi, karena untuk membentuk kata kerja transitif bahasa remaja cenderung menggunakan kedua proses tersebut. Oleh karena pertimbangan tersebut, penelitian yang berjudul Analisis Bahasa Gaul Antartokoh dalam cerpen remaja pada Tabloid Gaul Edisi Juli-Agustus 2011 (Kajian Morfologi) menarik untuk diteliti.
B.  Fokus Masalah
Dalam cerpen remaja Indonesia banyak terdapat unsur yang dapat diteliti, misalnya: kehidupan sosial, penokohan, dan bahasa, seperti: bahasa Ibu, bahasa asing, bahasa isyarat, bahasa resmi, dan bahasa gaul. Akan tetapi peneliti lebih memfokuskan tentang bahasa gaul yang digunakan antartokoh, agar lebih jelas dan spesifik. Dalam hal ini Tabloid Gaul sebagai salah satu majalah terpopuler yang diminati remaja pada saat ini menjadi sasaran dalam penelitian ini.
C.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimana proses afiksasi bahasa gaul antartokoh dalam cerpen remaja pada Tabloid Gaul? (2) Bagaimana proses reduplikasi bahasa gaul antartokoh dalam cerpen pada Tabloid Gaul? (3) Bagaimana penggunaan istilah bahasa gaul antartokoh dalam cerpen remaja pada Tabloid Gaul ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan proses afiksasi bahasa gaul antartokoh cerpen remaja pada Tabloid Gaul. (2) Mendeskripsikan proses reduplikasi bahasa gaul antartokoh dalam cerpen remaja pada Tabloid Gaul. (3) Mendeskripsikan penggunaan istilah bahasa gaul antartokoh cerpen remaja pada Tabloid Gaul.
E.  Manfaat Penelitian
Secara operasional, manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.      Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian morfologi khususnya tentang variasi kata, serta dapat menghasilkan deskripsi analisis bahasa gaul, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pendukung dalam pengkajian ilmu bahasa.
2.      Manfaat Praktis
Menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan ilmu bahasa, khususnya yang telah diperoleh dari bangku kuliah.
F.   Devenisi Operasional
1.      Bahasa Gaul adalah bahasa yang pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri.
2.      Cerpen remaja adalah salah satu jenis cerita pendek yang paling banyak digemari hingga sekarang. Cerpen remaja terbaru bisa mengangkat banyak tema seperti tema cinta, persahabatan, keluarga atau bahkan kejadian dan pengalaman hidup yang baru saja mereka temui.
3.      Tabloid Gaul adalah salah satu majalah terpopuler di Indonesia yang banyak diminati remaja pada saat ini.
4.      Kajian Morfolgi, menurut Ramlan (1985:5) adalah kajian yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik.















BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Landasan Teori
1.      Fungsi Sosial Bahasa dalam Masyarakat
Keraf (1980:3) yang menyatakan bahwa bahasa apabila ditinjau dari dasar dan motif pertumbuhannya, bahasa berfungsi sebagai (1) alat untuk menyatakan ekspresi diri, (2) alat komunikasi, (3) alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan (4) alat untuk mengadakan kontrol sosial.
Menurut Pateda (1987:4) bahwa bahasa merupakan saluran untuk menyampaikan semua yang dirasakan, dipikirkan, dan diketahui seseorang kepada orang lain. Bahasa juga memungkinkan manusia dapat bekerja sama dengan orang lain dalam masyarakat. Hal tersebut berkaitan erat bahwa hakikat manusia sebagai makhluk sosial memerlukan bahasa untuk memenuhi hasratnya.
Sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai fungsi sosial dan fungsi kultural. Bahasa sebagai fungsi sosial adalah sebagai alat perhubungan antaranggota masyarakat. Sedangkan sebagai aspek kultural, bahasa sebagai sarana pelestarian budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat adaptasi sosial, hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa yang majemuk. Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu keberseragaman tersebut. Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan sebagai alat integrasi sosial. Dari uraian ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia.
2.      Variasi Bahasa
Bahasa dalam lingkungan sosial masyarakat satu dengan yang lainnya berbeda. Dari adanya kelompok-kelompok sosial tersebut menyebabkan bahasa yang dipergunakan bervariasi. Kebervariasian bahasa ini timbul sebagai akibat dari kebutuhan penutur yang memilih bahasa yang digunakan agar sesuai dengan situasi konteks sosialnya. Oleh karena itu, variasi bahasa timbul bukan karena kaidah-kaidah kebahasaan, melainkan disebabkan oleh kaidah-kaidah sosial yang beraneka ragam.
Kridalaksana (1984: 142) mengemukakan bahwa ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya yang dibedakan menurut topik, hubungan pelaku, dan medium pembicaraan. Jadi ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaianya, yang timbul menurut situasi dan fungsi yang memungkinkan adanya variasi tersebut.
Pemakaian ragam bahasa perlu penyesuaian antara situasi dan fungsi pemakaian. Hal ini sebagai indikasi bahwa kebutuhan manusia terhadap sarana komunikasi juga bermacam-macam. Untuk itu, kebutuhan sarana komunikasi bergantung pada situasi pembicaraan yang berlangsung. Dengan adanya keanekaragaman bahasa di dalam masyarakat, kehidupan bahasa dalam masyarakat dapat diketahui, misalnya berdasarkan jenis pendidikan atau jenis pekerjaan seseorang, bahasa yang dipakai memperlihatkan perbedaan.
Sebuah komunikasi dikatakan efektif apabila setiap penutur menguasai perbedaan ragam bahasa. Dengan penguasaan ragam bahasa, penutur bahasa dapat dengan mudah mengungkapkan gagasannya melalui pemilihan ragam bahasa yang ada sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, penguasaan ragam bahasa termasuk bahasa gaul remaja menjadi tuntutan bagi setiap penutur, mengingat kompleksnya situasi dan kepentingan yang masing-masing menghendaki kesesuaian bahasa yang digunakan.
3.      Bahasa Gaul
Bahasa gaul atau biasa disebut dengan slang (bahasa prokem) merupakan ragam bahasa tidak resmi, tidak baku dan  bersifat musiman. Akar dari bahasa gaul adalah bahasa prokem. Bahasa prokem merupakan bahasa preman. Preman biasanya memakai bahasa prokem untuk berkomunikasi agar tidak diketahui oleh orang lain yang bukan  komunitas preman tersebut. Dewasa ini, bahasa prokem tidak lagi menjadi bahasa “rahasia” melainkan menjadi bahasa gaul di suatu daerah atau komunitas tertentu.
Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum. Bahasa gaul sering digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam media-media populer serperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan digunakan sebagai publikasi yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja populer. Oleh sebab itu, bahasa gaul dapat disimpulkan sebagai bahasa utama yang digunakan untuk komunikasi
Fathuddin (1999: i) mengungkapkan bahwa slang merupakan bahasa gaul yang hidup dalam masyarakat petutur asli dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam obrolan antar teman, atau dalam media seperti teve, film dan besar kemungkinan dalam novel saat memaparkan suasana sosial tertentu.
Selanjutnya, Alwasilah (1993: 47) menyatakan bahwa penggunaan slang adalah memperkaya kosa kata bahasa dengan mengkomunikasikan kata-kata lama dengan makna baru. Pemakaian slang dengan kosakata yang sama sekali baru sangat jarang ditemui. Slang merupakan kawasan kosakata, bukan gramar atau pengucapan.
Bahasa Slang oleh Kridalaksana (1982:156) dirumuskan sebagai ragam bahasa yang tidak resmi dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern sebagai usaha orang di luar kelompoknya tidak mengerti, berupa kosa kata yang serba baru dan berubah-ubah. Hal ini sejalan dengan pendapat Alwasilah (1985:57) bahwa slang adalah variasi ujaran yang bercirikan dengan kosa kata yang baru ditemukan dan cepat berubah, dipakai oleh kaum muda atau kelompok sosial dan profesional untuk komunikasi di dalamnya.
Slang digunakan sebagai bahasa pergaulan. Kosakata slang dapat berupa pemendekan kata, penggunaan kata alam diberi arti baru atau kosakata yang serba baru dan berubah-ubah. Disamping itu slang juga dapat berupa pembalikan tata bunyi, kosakata yang lazim diapakai di masyarakat menjadi aneh, lucu, bahkan ada yang berbeda makna sebenarnya.
4.      Ciri- ciri Bahasa Gaul
Ragam bahasa ABG memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek seperti ‘permainan – mainan, pekerjaan – kerja
5.      Distribusi Geografis Bahasa Gaul
Bahasa gaul umumnya digunakan di lingkungan perkotaan. Terdapat cukup banyak variasi dan perbedaan dari bahasa gaul bergantung pada kota tempat seseorang tinggal, utamanya dipengaruhi oleh bahasa daerah yang berbeda dari etnis-etnis yang menjadi penduduk mayoritas dalam kota tersebut.
B.  Kerangka Pikir
Dengan memperhatikan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka pada bagian ini diuraikan kerangka pikir yang dapat dijadikan pegangan untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini.
Berdasarkan teori, maka ada beberapa hal yang dipandang perlu dijadikan kerangka berpikir untuk pemecahan “analisis bahasa gaul” dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
a.       Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari bentuk-bentuk kata, fungsi dan kegunaannya dalam pembentukan kalimat perlu dicermati.
b.      Untuk memahami bahasa gaul sangat diperlukan pemahaman mengenai proses pembentukan kata.
Selanjutnya peneliti menganalisis bahasa gaul antar tokoh dalam cerpen remaja sehingga diperoleh suatu gambaran tentang analiasis bahasa gaul antartokoh dalam cerpen remaja.
Morfologi
 
Berdasarkan hal itu, berikut ini akan diuraikan kerangka pikir yang dijadikan landasan berpikir peneliti. Kerangka pikir tersebut digambarkan sebagai berikut:
Pembentukan kata
 
Proses Morfofonemik
 
Afiksasi dan Reduplikasi


 
Pembentukan Istilah Baru










 
Analisis

 
Hasil
 
 











BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Penelitian tentang Analisis bahasa gaul antartokoh dalam cerpen remaja pada Tabloid Gaul ini berkaitan dengan suatu gejala kebahasaan yang sifatnya alamiah. Artinya data yang dikumpulkan berasal dari lingkungan nyata dan situasi apa adanya, yaitu dialog antartokoh dalam cerpen. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Hal ini disebabkan oleh karena data yang terkumpul dan dianalisis dipaparkan secara deskriptif .
Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (1990: 194) yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Dalam penelitian ini, data yang terkumpul berupa kata-kata dan dalam bukan dalam bentuk angka. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
B.     Subjek Penelitian
Berkaitan dengan hal di atas, yang dikaji dalam penelitian ini adalah pemakaian bahasa gaul remaja dalam dialog antartokoh dalam cerpen remaja pada Tabloid Gaul. Hal tersebut meliputi pola bentuk morfologis dan pola makna bahasa gaul tersebut. Sedangkan subjek dari penelitian ini adalah tokoh-tokoh dalam cerpen remaja ketika berdialog.
C.    Data Penelitian dan Sumber Data
Data dari penelitian ini berupa kata yang digunakan dalam berkomunikasi antarsatu tokoh dengan tokoh yang lainnya. Sumber data dari penelitian ini adalah percakapan antartokoh sebagai interaksi komunikasi.
D.    Instrumen Penelitian
Di dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai peneliti utama. Sebagai instrument tambahan atau pelengkapnya, peneliti akan meneliti beberapa Tabloid Gaul Edisi Juli-Agustus 2011 yaitu sebanyak empat tabloid karena majalah ini terbit tiap minngu.
E.     Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik observasi sebagai teknik utama. Observasi dilakukan dengan cara baca-catat, yaitu peneliti mencatat data bahasa dan konteksnya yang meliputi (1) topiknya, (2) suasananya, (3) tempat pembicaraan, serta (4) lawan bicaranya.
Melalui teknik observasi, dengan cara pengamatan partisipan oleh peneliti sendiri, maka akan diperoleh data yang wajar dan alami. Berikut adalah hal-hal yang diperlukan dalam observasi (1) gambaran keadaan tempat dan ruang berlangsungnya pembicaraan, (2) pelaku-pelaku yang terlibat, (3) aktivitas atau kegiatan saat berlangsungnya percakapan, dan (4) topik dari isi pembicaraan. Selanjutnya, observasi dalam penelitian ini meliputi
F.     Teknik Analisa Data
Teknik deskriptif yang dipakai dalam penelitian ini menghasilkan dua macam analisis data, yaitu sebagai berikut:
1.      Menganalisis pemakaian bahasa gaul dalam cerpen remaja pada Tabloid Gaul
Pemakaian bahasa gaul tersebut meliputi:
a) bahasa yang digunakan
b) proses morfologi
2. Pengklasifikasian bahasa gaul remaja berdasarkan bentuk dan kelasnya
a) bentuk verbal kebahasaannya
b) proses pembentukannya





Tidak ada komentar:

Posting Komentar